The Vessel [2]
Back to The Vessel [1]
Tak hanya tugas,
berlanjut pada kegiatan organisasi. Aku tak pernah mengira tanggung jawab yang
kudapatkan sedemikian besarnya. Saran dan kritik sudah menjadi makanan
sehari-hari yang harus ditelan dengan nikmat. Kemampuan berkomunikasi dan memanajemen
menjadi hal yang wajib kumiliki. Kemampuan mendekatkan diri dan menjalin relasi
dengan rekan-rekan satu tim juga harus kuterapkan. Dengan kepribadian yang
ceria dan cukup mudah mengalah, tak mudah bagiku untuk dapat menguasai puluhan
mulut yang menyuarakan ide-ide cemerlang (karena aku sendiri juga banyak
bicara). Belum lagi, ketika ada masalah menghadang dan sisi melankoli muncul.
Rasanya ingin segera angkat kaki saja menuju dimensi waktu yang lain.
Menjadi asisten tutorial juga bukan pekerjaan yang
mudah. Setahun lalu, ketika aku hanyalah seorang peserta, aku melihat asisten
tutorial bukanlah pekerjaan yang susah. Cukup membaca materi yang ada pada buku
dan menyampaikannya dengan santai pada peserta. Setelah aku terjun di dalamnya,
tugas ini tidak mudah dilakukan. Ada beban tersendiri ketika tidak mampu
menyampaikan materi dengan baik. Ada rasa penyesalan mendalam ketika peserta
tidak mampu menangkap pesan yang harusnya mereka terima sebagai bekal masa
depan.
Pada titik-titik tertentu, aku merasa dunia runtuh
menimpaku. Parahnya, tak jarang aku merasa akulah yang paling menderita, dengan
berbagai tuntutan menjadi sempurna pada berbagai aspek hidup. Ditambah lagi,
sisi spiritual yang terasa pasang surut akibat memprioritaskan kesibukan
duniawi. Bersyukur sekali, pada titik ini Tuhan menarikku kembali untuk ‘pulang’.
Aku tak menyangka bahwa persekutuan ini menyentuh
bagian sensitif hatiku. Sebuah lagu penyembahan yang dibawakan seolah
menyetuhku perlahan-lahan namun kian lama kian dalam. Judulnya, ‘Bejana-Mu’.
Lagu yang cukup populer diperdengarkan dalam kegiatan-kegiatan kerohanian.
Entah bagaimana, nyanyian ini membukakan mata hatiku.
Bejana, sebuah wadah untuk menyimpan air. Bejana dibentuk dengan proses yang
tak mudah. Dibutuhkan proses yang panjang untuk menghasilkan bejana yang indah.
Bahkan, pada tahap akhir bejana akan dimasukkan dipanggang dalam perapian. Ketika
bejana telah sempurna, bejana siap untuk dijadikan wadah membagikan air di
manapun air dibutuhkan.
Selama Bahasa Roh disuarakan beberapa orang,
kurasakan Tuhan menyadar-kanku dari rutinitas duniawi yang terlalu berlarut.
Untuk menjadi seorang yang Tuhan kehendaki, proses berliku dan tak mudah pasti
dilalui. Fase-fase yang menyakitkan pun tak dapat dihindari. Hal-hal yang tidak
menyenangkan menurut takaran kita merupakan salah satu cara Tuhan menempa
setiap kita. Ketika kita bertekun dalam ‘proses penempaan itu’, pastilah kita
mampu menjadi sebuah bejana yang indah. Dan, setelah kita menjadi bejana yang
indah, kita telah siap membagikan air, sumber kehidupan.
Mari, tak pernah lelah untuk menikmati proses Tuhan.
Soli Deo Gloria!
{}
Komentar
Posting Komentar