Di Balik Cerita Manis Itu - Part 1
Inilah cerita babak penyisihan yang epic bagi kami.
“Tuhan akan
berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.”
(Keluaran
14:14)
Salah satu adegan dalam video advertising kami.
Hatiku
tergerak untuk menceritakan apa yang baru saja terjadi sebulan belakangan.
Sebuah pengalaman di tengah kesibukan yang menjadi pelajaran amat berharga
bagiku, secara personal (dan semoga bagi para pembaca).
Kamis, 1
Maret 2018. Dalam sebuah mata kuliah, yang masih membahas mengenai materi,
tiba-tiba di hari itu membahas tentang lomba. Sepanjang kelas yang berdurasi
150 menit hari itu, diisi dengan aktivitas brainstorming
ide yang melelahkan. Bagaimana susahnya mendapatkan ide, dan ketika
menemukan ide rupanya ide tersebut terlalu mainstream.
Terus mengocok isi kepala dengan ide-ide baru sembari berusaha memahami brief (penjelasan lomba) yang cukup
panjang.
Biar
kuceritakan sedikit isi brief tersebut
agar mudah mengikuti runtutan ceritaku ini. Jadi, dalam brief tersebut, peserta kompetisi diminta untuk membuat sebuah
video advertising dengan tema ‘visualize your taste’. Di sini, peserta
juga diminta agar dapat mengangkat energi lokal terkait dengan industri
kreatif. Singkat cerita, setelah aku dan rekan sekelompokku, Winona, berpikir,
tercetuslah sebuah ide: Lontong Balap. Yup,
kami memutuskan untuk membuat video advertising
dengan Lontong Balap sebagai tokoh utamanya. Namun, menjadi ‘kado yang
mengejutkan’ buat kami ketika rupanya deadline
pengumpulannya adalah 10 Maret 2018. Sembilan hari setelah penggodokan
konsep. Yang ada di pikiran kami hanyalah, bagaimana kami bisa menghasilkan
sebuah video advertising beserta creative brief dalam rentang waktu sembilan
hari? Belum membuat script maupun story board, memilih talent, mengatur jadwal shooting, menyediakan waktu editing. Ditambah lagi, semua dosen kami
seolah sedang berlomba memberikan tugas-tugas tiada henti. Wow!
Singkatnya,
dosen pembina meminta kami untuk menyerahkan progress report Senin, 5 Maret 2018. Pada akhirnya, Senin itu, kami
pun menyerahkan progress report kami.
Bukan berupa creative brief maupun
video mentah yang butuh diberi masukan. Tetapi, kami mempersiapkan sejuta
alasan untuk mengundurkan diri. Kami siap dengan segala resiko yang harus kami
tanggung. Namun, ketika kami bertemu dengan dosen pembina, bukannya
memperbolehkan kami mengundurkan diri, malah disajikan konsep yang lebih ringan
dan ‘diwajibkan’ untuk segera menggarapnya. Kami tak punya banyak alasan lagi.
Segeralah di hari itu juga, kami berpikir keras untuk menentukan talent yang akan tampil dalam video advertising. Setelah mendapatkan talent dan mengatur jadwal shooting, dipilihlah hari Rabu, 7 Maret
2018.
Entah
mengapa, di hari Rabu, 7 Maret 2018, terjadilah hujan badai yang teramat besar
menjelang waktu shooting kami. Aku
dan Winona terus berdoa, berharap terjadi mujizat hujan badainya akan segera
berhenti. Namun, justru hujan badai makin deras. ‘Ya sudah, nggak apa-apa kalau kita nggak jadi maju. Toh ini juga faktor
alam, kita nggak bisa ngapa-ngapain lagi,’ pikir kami. Waktu itu, tempat shooting kami memang berada di luar
ruangan, dan memang harus di luar ruangan. Segera, kami kembali mempersiapkan
alasan untuk mengundurkan diri. Berpasrahlah dosen-dosen pembina setelah
mendapatkan laporan dari kami esok harinya, Kamis, 8 Maret 2018. Mana mungkin
menggarap sebuah video advertising dalam
waktu dua hari, untuk shooting dan editing (dengan pertimbangan ada
tugas-tugas kuliah yang harus diselesaikan).
Namun,
seolah terbitlah matahari dari pesembunyiannya. Jumat, 9 Maret 2018, panitia
mengumumkan bahwa pengumpulan lomba akan diperpanjang hingga Sabtu, 17 Maret
2018. Muncullah titik harapan buat kami, dan mulailah kami menyusun jadwal shooting. Dipilihlah Sabtu, 10 Maret
2018, untuk shooting. Lagi-lagi,
terjadi hujan badai di jam shooting kami.
Sedih bercampur putus asa serta rasa ingin menyerah makin memenuhi diri kami.
Sekali lagi, kami mencoba mengatur jadwal shooting
untuk terakhir kalinya (karena setelah itu kami benar-benar tidak akan
mengikuti lomba karena keterbatasan waktu). Dipilihlah Senin, 12 Maret 2018
untuk melakukan shooting disela-sela
jam kuliah. Di hari itulah, akhirnya kami dapat shooting dengan semua talent dengan
baik.
Ada satu
yang hampir terlewatkan, yaitu gerobak. Kami ingin mem-video gerobak, hanya
bagian rodanya untuk beberapa detik saja. Kebingungan sudah kami pikirkan sejak
sepekan sebelumnya, bagaimana bisa mendapatkan gerobak. Berbagai upaya telah
kami lakukan, dengan berusaha meminjam ke warga dekat kampus dan mencari
penjual makanan ke berbagai tempat. Hasilnya nihil. Ditengah kekalutan, entah
kenapa langkah kakiku tergerak untuk menilik gedung kampus yang masih dalam
proses pembangunan. Dengan tubuh yang telah letih, kami menanyakan pada tukang
bangunan di sana, apakah ada gerobak yang kami boleh pinjam sebentar. Alhasil,
terdapat gerobak yang dapat kami gunakan, namun cukup jauh letaknya dengan
posisi shooting. Beruntung, dengan
sisa tenaga yang ada kami dapat menyelesaikan shooting hari itu dengan baik. Walau, di sela-sela shooting terjadi gerimis.
Perjuangan
menyelesaikan babak penyisihan ditutup dengan malam-malam dengan jam tidur
tidak normal demi menyelesaikan creative
brief dan video advertising. Berakhirlah
sampai di sana, menunggu hasil penyisihan.
Lanjutkan ke Di Balik Cerita Manis Itu - Part 2
FOTOKU KOK GAADA
BalasHapus