One Short Journey [part 02]

When you take time with God and listen to His voice, He renews your strength and enables you to handle life.



Astaga, kenapa pagi hari datang begitu cepat?
                Rasanya, baru saja kupejamkan mataku dan kutarik selimutku hingga menutupi sekujur tubuhku. Kepalaku terasa sedikit pening akibat terbangun beberapa kali selama tidur malamku. Dan juga karena sebuah mimpi tak terduga yang tiba-tiba mengisi alam bawah sadarku selama istirahat malam. Tapi aku bersyukur sekali bangun lebih awal dari jadwal. Setidaknya aku punya kesempatan untuk meditasi alam sejenak, menenangkan diri dari hiruk pikuk Kota Pahlawan.
                Agak berbeda dari jadwal yang sudah di-floor-kan dua minggu sebelum acara, hari ini akan dibuka dengan sarapan. Dan seperti camp-camp lainnya, seusai sarapan akan diadakan kegiatan yang tak pernah absen dan selalu dinantikan oleh segenap peserta (kecuali aku) – Outbound! Yap, untuk kegiatan yang satu ini, entah kenapa aku tak pernah punya semangat pada bagian awalnya. Namun ketika di tengah-tengah permainan… entahlah. Mari kita lihat saja nanti..

                Esensi-esensi disampaikan seusai bermain game di setiap pos. Empat pos memang tidak terlalu melelahkan dibandingkan camp-camp lain dengan games yang lebih melelahkan dibandingkan hari ini. Namun satu yang kudapat dari outbound ini: Kekompakan. Sepanjang sejarah hidupku, seingatku baru kali ini aku mengikuti outbound camp sekelompok dengan orang-orang yang baru kukenal sehari sebelumnya (camp lainnya yang kuikuti berdurasi satu minggu, jadi punya lebih banyak waktu untuk mengenal satu sama lain sebelum outbound bersama). Di setiap pos outbound, aku merasa tertantang untuk menyatukan hati dalam kelompok, bersama orang-orang yang tidak akrab denganku. Dan tak lupa, saling mendukung, apalagi kelompok kami selalu kalah di setiap pos (LOL).
                Beruntung, setelah outbound dan mandi masih ada beberapa saat untuk beristirahat sebelum memasuki sesi.
                Sesi yang ketiga diberi judul ‘Creative Ministry’. Mungkin agak sedikit asing untuk mendengar ‘Creative Ministry’. Jadi, ‘Creative Ministry’ adalah pelayanan dengan tujuan menjangkau jiwa namun dilakukan secara efektif. Agar dapat dilakukan secara efektif, dalam pelayanan kita, ‘kulit’ kita harus fleksibel, disesuaikan dengan tempat dan siapa yang kita layani. Pernyataan pembicara lagi-lagi membuat aku seolah berkaca di depan cermin untuk menilai kehidupan aku sampai titik ini. Sudahkah aku melakukan creative ministry?
                Ada tiga langkah yang disajikan oleh pembicara agar kita sebagai pemula untuk memulai pelayanan yang kreatif. Langkah yang pertama, Way of Life. Jadikan pelayanan sebagai way of life, bukan sekadar rutinitas atau pekerjaan serta jangan lupa untuk membawa karakter Kristiani sebagai way of life kita. Kemudian, langkah yang kedua adalah Kenali panggilan. Mengenali panggilan berarti berusaha untuk mengenali talenta yang dianugerahkan Tuhan pada kita serta mengenali panggilan hidup kita di atas muka bumi ini. Yang terakhir, fokus dan kembangkan. Setelah mengenali talenta dan panggilan, fokus dan kembangkan talenta dan panggilan itu serta hadapi ancaman-ancaman yang mungkin akan muncul. Intinya, ketahui tujuan atau visi pelayanan kreatif efektif, sehingga kita dapat menjangkau semakin banyak jiwa.
                Sempat break sebentar untuk makan siang, akhirnya rangkaian acara dilanjutkan dengan sesi yang tak terduga (karena tidak tertulis di buku acara yang sudah di-floor-kan), yaitu sesi debat. Di tambah lagi, kelompokku mendapatkan giliran untuk mengikuti sesi debat pada putaran yang pertama. Memang, aku secara pribadi cukup menyukai sesi debat namun hal yang membuat detak jantung berpacu lebih cepat adalah jurinya merupakan kepala beberapa Lembaga Kemahasiswaan (LK). Beruntung, topik yang disajikan tak terlalu berat karena sempat menjadi perbincangan yang hangat dalam berbagai pembicaraan, entah di media atupun di sekolah.
                Sesi yang tetera pada buku acara dilanjutkan kembali, yaitu Sharing Mentor LK. Sempat gundah, LK mana yang akan aku pilih (karena hanya diperkenankan bertanya pada dua LK yang ingin dimasuki), akhirnya pilihan aku jatuh pada LK Pers Mahasiswa (alias Persma, tempat aku mengabdi saat ini) dan LK Himpunan Mahasiswa (HIMA). Berbagai obrolan (yang menarik bagi aku) semakin memperkaya informasi aku tentang kehidupan LK di universitas tempat aku menempuh pendidikan tingkat lanjut. Namun, pada dasarnya, di manapun Lembaga Kemahasiswaan tempat kita tergabung, lakukan setiap tugas yang dipercayakan dengan maksimal, agar mampu berdampak bagi siapapun, tidak hanya pada lingkaran internal kampus. Dan satu lagi yang ingin aku simpulkan, pilihlah Lembaga Kemahasiswaan berdasarkan panggilan hatimu dan jalani dengan ketulusan hati, jangan demi mengumpulkan poin.
            Entah mengapa, hari ini waktu berjalan sangat cepat. Sempat ada free time selama kurang lebih satu jam, aku memutuskan untuk berkeliling di tempat camp aku ini. Tempat-tempat di sini sebagian besar merupakan prototype peristiwa-peristiwa di Alkitab. Suasana alam yang mendukung membuat aku benar-benar mampu menikmati tempat itu dan bersyukur pada Tuhan yang telah memberikan aku kesempatan untuk berkunjung ke tempat itu.
                Seusai makan malam, tibalah salah satu kegiatan yang bagi aku adalah Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR). Setiap pujian yang dilantunkan bersama dengan iringan musik seolah mampu membawa aku benar-benar merasakan hadirat Tuhan pada malam itu. Setiap lirik dari setiap lagu seolah menggerakan aku serta memperteguh hati aku dalam menjalani pelayanan pada LK di universitas aku. Satu lagu dengan lirik di bawah ini hingga saat ini terus menggema dalam hati aku, dengan setiap kata ‘Indonesia’ diganti dengan nama kampus aku.

Hatiku rindu melihat kemuliaan-Mu
Hatiku rindu melihat curahan kuasa-Mu
Di tanah tercinta, negriku Indonesia
Kuberdoa Indonesia penuh kemuliaan-Mu
Indonesia untuk kemuliaan-MU
Lagu: Indonesia Bagi Kemuliaan-MU

                Masih ada beberapa lagu lainnya dalam KKR tersebut. Tapi, entah mengapa hanya lagu ini yang benar-benar mengena dalam hati aku. Di tengah menyanyikan lagu ini di KKR itu, dalam hati aku bergumul beberapa kali. Yang aku gumulkan adalah apakah pada periode mendatang, aku akan kembali melayani di Pers Mahasiswa (sesuai dengan talenta aku) atau mencoba di ladang pelayanan yang baru di Himpunan Mahasiswa (di mana aku bisa mengembangkan kemampuan aku lainnya). Dan pada saat itu, seolah aku mendapatkan peneguhan hati untuk tetap melayani di Pers Mahasiswa, melayani sesuai dengan talenta yang Tuhan telah anugerahkan pada aku. Aku merasa terpanggil untuk memaksimalkan talenta aku hingga mampu berdampak bagi banyak orang melalui Pers Mahasiswa. Dan semoga, hal tersebut dapat menjadi kenyataan (AMIN).
                Tak jauh berbeda apa yang aku rasakan pada saat menyanyi lagu ‘Indonesia Bagi Kemuliaan-Mu’, itulah yang disampaikan oleh pembicara pada saat KKR. Sesuai dengan tema dari camp ini, kami semua dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia. Memang, pesan semacam ini sudah berulang kali kita dengarkan, namun pelaksanaannya bukalah hal yang mudah. Yang aku tangkap dari pembicara, untuk dapat menjadi garam dan terang dunia, kita harus memulai dengan memfokuskan serta mengandalkan hidup kita pada Tuhan. Intinya, kita harus menyerahkan hidup kita kepada Tuhan agar mampu menjadi garam dan terang yang mampu memancarkan kebenaran, apapun resikonya.
            Usai KKR, tibalah acara yang dinanti-nantikan – BBQ. Suasana keakraban dan kehangatan akhrinya terjalin di antara kami peserta camp yang sebenarnya sudah mengikuti kelas bersama beberapa kali sebelum camp ini. Akungnya, baru saat ini kami akrab. Bercengkerama bersama sambil menikmati makanan ringan serta tawa canda dan melakukan beberapa permainan kecil yang semakin menghangatkan malam yang agak dingin. Di tengah-tengah itu, kami (dipanggil berkelompok) diajak untuk merefleksikan apa yang telah kami tulis di siang harinya saat sebelum sharing mentor LK. Setelah itu, kertas refleksi kami dibakar sebagai simbol kami melupakan apa yang telah kami sesali hari itu. Malam yang indah itu akhirnya ditutup dengan drama singkat yang memperteguh apa yang disampaikan oleh pembicara saat KKR. Intinya, kasih Tuhan tidak akan pernah habis dan takkan pernah berhenti menyertai kita yang terus berusaha untuk hidup menjadi garam dan terang bagi dunia yang gelap ini.
            Sekian apa yang terjadi di hari kedua yang sangat luar biasa bagi aku secara pribadi. Memberikan tiga hari libur untuk mengikuti camp ini sungguh sangatlah tidak sia-sia!

PS: to be continue à Day 3 (Dec, 18th 2016)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zebra Cross.

Surya dan Mentari

Oasis