Kesempatan

Kalau hidup adalah sebuah kesempatan, lantas apa yang akan kau lakukan?

*

Sepanjang hidupku, aku tidak pernah melewatkan satupun kesempatan. Ya, sekecil apapun kesempatan itu, seberat apapun tantangan yang menanti dari kesempatan itu, aku akan mengambilnya. Di dalam benakku, sebuah hadiah yang menanti adalah hal yang jauh lebih berharga dibandingkan dengan resiko yang mungkin saja mengikuti.

Sebagai penyuka tantangan, aku pernah pula mengambil sebuah kesempatan yang hampir merenggut nyawaku. Empat tahun lalu, aku memberanikan diriku untuk bergabung dengan klub pencinta alam. Dalam waktu singkat, aku memutuskan untuk ikut hiking. Saat itulah, alam hampir membawaku berpulang kepada Sang Pencipta. 

Di lain peristiwa, mobil yang kukendarai hampir terlindas kereta api. Entah bagaimana, sirene penanda kereta akan lewat seakan tidak berbunyi saat itu. Sialnya, perlintasan tersebut tidak dilengkapi dengan palang pintu.

Mungkin, sejak lahir aku memang ditakdirkan untuk menjadi seorang pemberani, seorang yang tidak memiliki rasa takut, dan seseorang yang bernyawa tujuh (mungkin saja). Sajikan saja apapun yang menurutmu susah dihadapi, maka akan kutaklukkan!

Namun, di antara semua kesempatan yang pernah kuambil, bagiku kesempatan yang paling berharga adalah dicintai olehnya. 

Jika kau bertanya seberapa besar cintaku untuk dia, aku tak bisa menjawabnya. Cintaku tak bisa dideskripsikan dalam 26 huruf kalaupun telah disusun dalam kata atau kalimat dalam berbagai bahasa. Cintaku juga tak bisa diungkapkan dalam segala bentuk percampuran warna sekalipun.

Jika kau bertanya, apa yang berani kupertaruhkan untuk dia, jawabannya hanya satu: seluruh dunia. Duniaku, serta apapun yang ada di dalamnya, akan kuberikan untuk dia. Apapun akan kulakukan, demi membuatnya bahagia. 

Jika kau bertanya mengapa demikian, aku dapat menjawab dengan lantang. Ya, dia adalah satu-satunya perempuan yang mampu membuatku menjadi aku. Dia membuatku memaksimalkan apa yang ada di dalam diriku. Dia tak pernah henti mengubahku dengan lembut, menjadi seorang pemuda yang lebih baik tanpa menyingkirkan jati diriku.

Matahari akan bersinar kian cerah ketika dia berjalan di sampingku. Demikian pula dengan Bulan akan semakin cemerlang ketika dia mendampingiku. Tetapi, awan akan kian mendung ketika dia tak bersama denganku. Dunia akan seolah runtuh ketika dia diam seribu kata, tiada aksi pula.

Dan hari ini, awan mendung menjadi pembuka runtuhnya dunia atasku.

*

Akhir-akhir ini, dia seolah menjauh dariku. Entah apa alasannya. 

"Maaf, bisa kau ulangi? Aku tidak dengar tadi," demikian ucapnya setiap kali aku berbincang dengannya.
"A, apa? Iya, iya, aku setuju," katanya ketika aku meminta pendapatnya. Padahal, aku yakin dia tidak benar-benar mengerti apa yang kumintai pendapat.

Hari ini, untuk kelima kalinya di akhir pekan, aku mengurung diri dalam kamar. Dia membatalkan segala bentuk janjian yang telah kita buat bersama. Tidak hanya hilang fokus saat berbincang, tapi dia juga sedang menjauhkan raganya dariku.

Apakah ini pertanda, hilangnya sebuah kesempatan sekali seumur hidup?

Wahai Sang Pencipta, aku belum siap untuk ini.

[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zebra Cross.

Surya dan Mentari

Oasis