Di Balik Cerita Manis Itu - Part 2
Inilah cerita babak final yang tak kalah epic.
“Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.”
Keluaran 14:14
Senin, 26
Maret 2018 menjadi tanggal yang cukup dinanti bagi kami. Setelah seharian sibuk
mempersiapkan kejutan ulang tahun bagi sahabat kami, Sarah, malamnya kami
diliputi kegelisahan. Seharusnya, pengumuman finalis sudah diluncurkan tepat
pukul 19.00. Namun, pengumuman baru diluncurkan sekitar dua jam setelahnya.
Betapa terkejutnya kami, ketika kami terpilih sebagai salah satu finalis.
Hari-hari
selanjutnya diliputi kegelisahan sembari menanti brief untuk babak final. Setelah menerima brief, kami pun diliputi kegelisahan yang makin ekstrim. Terdapat shocking project yang harus kami garap
di hari final. Betapa paniknya kami, berusaha menebak-nebak apa yang harus kami
lakukan. Maklum, inilah pertama kalinya kami mengikuti lomba semasa kami
berkuliah. Singkat cerita, kami melakukan berbagai persiapan.
Kamis, 5
April 2018. Sesuai rundown, harusnya
kami mengikuti serangkaian pembukaan perlombaan ini, kunjungan ke sebuah production house, dan pergi ke Pasar
Genteng (entah untuk apa, kami sempat mengira inilah shocking project yang harus kami kerjakan). Rupanya, di hari itu,
setelah mengunjungi production house, kami
di bawa ke sebuah kafe di daerah
Surabaya Timur. Inilah shocking project buat
kami.
Dalam waktu
2,5 jam, kami diminta memikirkan konsep video serta melakukan pengambilan
gambar alias shooting. Sungguh, waktu
terasa begitu singkat. Baru saja mendarat di kafe tersebut, kami mendapatkan
giliran pertama untuk melakukan shooting proses
pembuatan pizza. Ketegangan makin meningkat. Apalagi, saat itu, kami sama
sekali belum memiliki konsep video yang akan kami garap. Kami juga belum sempat
mengumpulkan insight dari manajer,
chef ataupun pelanggan yang ada saat itu. Akhirnya, Winona melakukan
pengambilan gambar, aku pun menggali insight
dari manajer dan chef.
Setelah
mendapatkan video pembuatan pizza dan mengumpulkan sedikit insight, kami duduk sejenak, kembali memikirkan konsep apa yang
akan kami angkat dalam video ini. Di bawah tekanan, bermunculan ide-ide terkait
dengan insight yang kami dapatkan. Tapi,
tak satupun bisa ‘pas’ di hati kami. Terus berpikir, tapi kami tak mendapatkan
apapun. Hingga kami memutuskan berdoa. Doa singkat, memohon Rahmat Tuhan supaya
kami mendapatkan sesuatu yang bisa kami angkat dalam video ini. Secara luar
biasa, tak lama setelah berdoa, Winona menemukan sebuah ide. Simpel, tapi
menarik. Segeralah, kami merapikan ide tersebut menjadi konsep video, serta
menyusun script-nya. Setelah doa
justru kami dapat berpikir lebih tenang dan lancar. Beruntung, seorang rekan
kami yang telah kami kontak beberapa menit sebelumnya telah hadir. Jadi,
sebelum konsep video terbentuk, talent
telah datang ke lokasi. Cukup aneh, tapi tak masalah jika kondisi di bawah
tekanan seperti itu.
Segera,
setelah menemukan konsep, kami melakukan setting
tempat dan menceritakan konsep kami kepada rekan kami yang menjadi talent. Sebenarnya, script tidak panjang. Namun, butuh pendalaman yang lebih. Waktu
tersisa kurang dari satu jam. Kami berusaha keras mengambil gambar yang bisa
sesuai dengan yang kami mau. Sempat merasa tertekan, kami akhirnya dapat
menyelesaikan shooting. Setidaknya,
ada konsep yang kami usung dan cerita yang kami sajikan dalam video singkat
tersebut.
Esok
harinya, kami melakukan presentasi video pertama kami baca Di Balik CeritaManis Itu – part 1. Sebelum presentasi video pertama, sembari menunggu giliran,
aku dan Winona menguatkan satu sama lain untuk percaya pada pertolongan Tuhan.
Persiapan presentasi lebih sedikit, bahkan. Setelah presentasi, kami melakukan
proses editing video yang kedua. Kali ini, kami bisa mengeditnya dengan hati
yang lebih tenang, karena di hari itu kami telah mengawali dengan doa. Walau,
terkadang timbul keraguan di hati kami, apakah video ini bisa memuaskan hati
juri. Sembari Winona mengedit video, aku mempersiapkan materi presentasi.
Singkatnya, Jumat, 6 April 2018, tepat pukul 13.30, kami mengumpulkan file video advertising serta file presentasi
untuk final. Kembali, sebelum mengawali presentasi kami, kami membukanya dengan
doa, setelah selesai kami menutupnya dengan doa.
Jumat, 6
April 2018, sekitar pukul setengah tujuh malam, panitia mengumukan akan ada
juara favorit. Segera, dengan kecepatan ekstra, kami menghubungi teman-teman
kami dan meminta bantuan teman-teman kami memberikan like pada video advertising
yang telah dipublikasikan di Instagram tersebut.
Sepanjang malam hingga esok harinya, kami terus berjuang. “Setidaknya, amankan satu gelar juara untuk kampus kita dulu,” demikian
pikir kami.
Sabtu, 7
April 2018, sore, awarding night. Penuh
tanda tanya dan kepasrahan, itulah yang kami rasakan. “Menang kalah urusannya Tuhan. Pokoknya, kita sudah lakukan yang
terbaik buat Tuhan. Tuhan udah kasih kita banyak hadiah di sini, dapat kenalan,
dapat pengalaman, dapat pengetahuan,” demikian yang kami pikirkan. Betapa
terkejutnya kami, ketika di awarding
night malam itu, kami mendapatkan dua juara sekaligus. Kembali, setelah awarding night berakhir, kami berdoa.
Perlombaan
ini membuatku sadar. Ketika benar-benar menyandarkan diri seutuhnya kepada
Tuhan, Tuhan pasti akan memberikan sesuatu. Setidaknya, pengalaman dan
pengetahuan baru sudah pasti kita dapatkan. Apa yang tertulis dalam kitab
Keluaran 14:14 menjadi pegangan kami selalu, selama kompetisi ini. Ya, jika
kita percaya dan bersandar seutuhnya kepada Tuhan, Tuhan-lah yang akan berperang
untuk kita, dan kita akan diam saja. Diam saja di sini bagi kami adalah, cukup
berfokus pada apa yang kami kerjakan, tanpa memperhatikan apa yang di kerjakan
orang lain. Tentu, bekerja dengan semaksimal mungkin harus kita lakukan. Doalah
yang menguatkan kita, dan Tuhan-lah yang membawa kemenangan untuk kita.
Jadi,
percayalah pada pertolongan Tuhan. Ia takkan pernah terlambat ataupun
mengecewakanmu!
Komentar
Posting Komentar