The Blessing of Busyness
1 Korintus 15:10-11
"Tetapi karena kasih karunia
Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang
dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih
keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah
yang menyertai aku. Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami
mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya."
Menjadi
sibuk adalah hal yang menyenangkan bagi sebagian orang. Bagaimana tidak, kita
tidak perlu berpusing-pusing mencari ide apa yang harus dilakukan selama waktu
senggang. Waktu yang ada akan terasa berlalu begitu cepat ketika kita
menyelesaikan tiap pekerjaan satu per satu.
Jika
ditarik ke belakang dan mengingat-ingat, sebenarnya, kita memiliki kesibukan
karena memang kita terlahir untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan. Entah itu
kesibukan di dunia pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Tak jarang kita
memiliki kesibukan-kesibukan berlebih yang kita tambahkan sendiri dengan
berbagai macam motivasi. Dengan ‘rajin’ menambahkan kesibukan, pada akhirnya
kita akan merasa addicted untuk terus
menambah kesibukan.
Sering
kali kesibukan yang berlebih ini malah menjadi suatu hal yang negatif. Mengapa?
Kesibukan demi kesibukan membuat kita susah untuk membagi waktu, tidak memiliki
waktu untuk kehidupan sosial serta spiritual, menganggu kesehatan, dan mungkin me-time kita juga akan tergeser. Terlebih
dari itu, mungkin motivasi kesibukan kita telah beralih pada pemuasan nafsu
untuk bekerja belaka.
Sharing singkat pada Kebaktian
Universitas (KU) menampar saya pada hari ini. Pembicara mengajak jemaat yang
hadir siang itu untuk belajar dari sosok Paulus mengenai kesibukan ini. Ada tiga
hal yang dapat kita pelajari:
1. Pelayanan sebagai Kasih Karunia Allah
Dari
Paulus, kita belajar untuk menikmati
kesibukan sebagai respon atas kasih karunia Allah. Kasih karunia Allah ini
berhubungan dengan tanggung jawab yang dipercayakan atas setiap kita. Kalau
kita tidak berhasil meresponi kasih karunia sesuai kehendak Allah, maka kasih
karunia akan menjadi kutuk bagi kita. Jika kita meresponinya dengan tepat, maka
kasih karunia akan menjadi berkat bagi kita. Mari kita refleksikan, apakah
kesibukan kita hari ini adalah respon atas kasih karunia Allah?
2. Pelayanan adalah Rangkaian Kasih
Karunia Allah
Dari
Paulus, kita belajar bahwa kesibukan
akan menjadi berkat jika ketika kita menikmati di setiap titik kesibukan.
Sejenak mari kita mengingat-ingat, jika kesibukan itu adalah kasih karunia
Allah, mengapa kita merasa tidak enak atau bahkan terbeban? Meresponi kasih
karunia Allah yang tepat adalah ketika kita menikmati setiap proses yang kita
lalui dengan bertanya pada Allah secara langsung: “Apakah ini yang Tuhan
kehendaki atas diriku? Kalau memang ini yang Tuhan kehendaki, kiranya Tuhan
yang memberikanku kekuatan.” Perlu kita ingat untuk tidak memforsir diri
sendiri – Enough My Child, enjoy Me, don’t
force yourself.
3. Pelayanan adalah Pancaran Kasih Karunia
Dari
Paulus, kita belajar bahwa melalui
kesibukan kita, berkat Allah akan tersalurkan pada orang lain. Sering kali
kita mengabaikan suara orang-orang di sekitar kita yang mengingatkan kita
mengenai kesibukan. Mari, mulai saat ini kita belajar untuk mendengarkan suara
orang-orang terdekat di sekitar kita. Apakah melalui kesibukan kita, kita dapat
menjadi pemancar kasih karunia Allah? Atau, sebaliknya, kita malah menjadi
penghambat kasih karunia Allah? Ketika kesibukan kita tidak mampu menjadi berkat
bagi orang lain, lebih baik kita segera menghentikan kesibukan itu. Orang di
sekitar kita tidak mampu menikmati berkat Allah melalui kita karena kita yang
sering kali terlalu ambisius atau tidak mau direndahkan.
Sekarang, mari hubungkan kasih karunia
Allah dengan kesibukan yang kita miliki saat ini. Sudah saatnya kita belajar
melihat pekerjaan sebagai rangkaian kasih karunia Allah dengan menikmati setiap
prosesnya. Jangan lupa, setiap kesibukan kita harus dikembalikan lagi untuk
memuliakan nama Tuhan. Dalam persekutuan bersama Tuhan, jerih payah kita tidak
akan sia-sia.
Komentar
Posting Komentar