Rindu di Malam Minggu
Sendu di wajahnya tak lagi dapat dipungkiri. Tiada gerut kesedihan yang terlukis dari bibirnya yang sanggup disembunyikan. Matanya tak lagi bercahaya memancarkan kebahagiaan. Emosi di wajahnya tak lagi mengembang seperti biasanya. Semuanya telah musnah, seolah tidak ada lagi jejak kebahagiaan yang pernah mengisi hari-harinya. Kepalanya tersender pada tiang jendela besar tempatnya bertengger. Kakinya ditekuk di depan dadanya. Kedua tangannya memeluk kakinya. Suasana alam seolah memahami apa yang ia rasakan. Rasa tertahan yang begitu lama tak pernah ia sampaikan. Hujan terus turun tanpa ada tanda berhenti. Terus, dan terus. Kian deras, malahan. Suara tetes hujan di atas genting mengisi keheningan dalam hati serta pikirannya. Ya, sebenarnya rumahnya tak sepi. Cukup ramai bahkan. Ada beberapa keluarga jauh yang berkunjung, bermaksud untuk bercengkerama karena lama tak bertemu. Sedangkan, ia tak sudi ditemui. Bukannya ia tidak suka ada keluarga yang dat