Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Rindu di Malam Minggu

Sendu di wajahnya tak lagi dapat dipungkiri. Tiada gerut kesedihan yang terlukis dari bibirnya yang sanggup disembunyikan. Matanya tak lagi bercahaya memancarkan kebahagiaan. Emosi di wajahnya tak lagi mengembang seperti biasanya. Semuanya telah musnah, seolah tidak ada lagi jejak kebahagiaan yang pernah mengisi hari-harinya. Kepalanya tersender pada tiang jendela besar tempatnya bertengger. Kakinya ditekuk di depan dadanya. Kedua tangannya memeluk kakinya.                 Suasana alam seolah memahami apa yang ia rasakan. Rasa tertahan yang begitu lama tak pernah ia sampaikan. Hujan terus turun tanpa ada tanda berhenti. Terus, dan terus. Kian deras, malahan. Suara tetes hujan di atas genting mengisi keheningan dalam hati serta pikirannya.                 Ya, sebenarnya rumahnya tak sepi. Cukup ramai bahkan. Ada beberapa keluarga jauh yang berkunjung, bermaksud untuk bercengkerama karena lama tak bertemu. Sedangkan, ia tak sudi ditemui. Bukannya ia tidak suka ada keluarga yang dat

Palma.

Gambar
picture: Felicia Luvena (luvenafelicia) Lima pekan berlalu sangat cepat, Bak sekedipan mata Tak terasa sedikitpun, Sungguh terlalu cepat                 Sisa sepekan, hanya sepekan                 Sepekan lagi untuk mempersiapkan diri                 Sepekan lagi untuk mengakhiri                 masa retret agung   ini Ratusan helai palma dilambaikan Ribuan tangan menjunjung tinggi Ratusan helai palma menari diudara Ribuan tangan berebut siraman air suci                 Sukacita, gelak tawa, dan kegembiraan                 Iringan organ serta nyanyian paduan suara                 Menyemarakkan suasana perayaan Ekaristi                 Menyambut tubuh Tuhan yang teramat kudus Daun palma tanda kemenangan Daun palma tanda kejayaan Minggu palma pertanda minggu sengsara Minggu palma pertanda awal pekan suci Hari dapat terhitung dengan jemari Bahkan cukup lima jemari Menemani Tuhan diakhir hayat-Nya Sebelum Ia buktikan cinta di salib

Rapuh

Iya, memang aku rapuh! Rapuh, tak kuat sedikitpun! Bahkan, badanku tak cukup kuat tuk menanggung bebanku sendiri Lelah, aku lelah Sampai kapan, tampak tak ada ujung Mana jalan keluar, mengapa tak ada tanda-tanda? Tak bolehkah aku keluar dari perangkap menyebalkan ini? Tangis tak lagi bisa dibendung Deru air mata terus mengalir Mengeluarkan setiap luka yang tersimpan dalam pelupuk mata Membasahi pipi, menghapus semua noda kesedihan Aku ingin berdiri, belari, Menjauh dari dunia yang gelap ini Aku rindu akan tiap kebahagiaan Yang selalu mengisi hariku Kemana mereka semua? Apakah mereka alergi terhadapku? Sungguh, siapapun, tolonglah aku! Aku tak mau jatuh terpuruk di sini Aku tak ingin hidup di sini Aku tak ingin bertahan dalam situasi ini Kumohon, lenyapkan aku dari situasi ini