Ilusi
Di sinilah aku saat ini. Entah sudah berapa banyak
waktu yang kubuang, untuk terjebak dalam lamunan berkepanjangan yang tiada
akhir. Seolah sudah seabad lamanya aku menikmati ‘hidangan nikmat’ yang
disajikan dunia ini. Begitu manis, dan sedap rasanya. Dunia begitu baik hingga
menyediakannya untuk diriku, dan hanya untuk diriku seorang.
Dunia
sedang berpihak kepadaku. Ia terus menuangkan kisah-kisah bahagia yang layak
untuk memberikan kesenangan tersendiri di hari-hariku yang suntuk ini. Sungguh,
dunia membuatku jatuh cinta pada dirinya yang begitu baik padaku, akhirnya. Walau,
terkadang ia harus meneteskan rasa pahit agar hidupku lebih proporsional.
Rasa ini seperti mimpi, seperti diriku sedang melayang di langit ketujuh bersama bidadari-bidadari yang tak henti menari penuh aura kebahagiaan. Hamparan pemandangan yang indah yang memanjakan mata serta menyenangkan hati mengelilingi dimensi di mana aku berada. Kalau boleh, aku ingin berada di tempat ini terus untuk selamanya. Menikmati sajian ilusi yang begitu mencengangkan.
Rasa ini seperti mimpi, seperti diriku sedang melayang di langit ketujuh bersama bidadari-bidadari yang tak henti menari penuh aura kebahagiaan. Hamparan pemandangan yang indah yang memanjakan mata serta menyenangkan hati mengelilingi dimensi di mana aku berada. Kalau boleh, aku ingin berada di tempat ini terus untuk selamanya. Menikmati sajian ilusi yang begitu mencengangkan.
Ya,
ini hanyalah sebuah ilusi belaka. Hanya
ilusi belaka, yang tercipta karena proyeksi pemikiran serta perasaan
hatiku. Parahnya, mungkin kini secara perlahan ilusi ini menyeretku untuk
teperosok kian dalam jebakannya. Entahlah, apakah aku dapat merayap keluar dari
sebuah ketidaknyataan ini? Apakah ada suatu hal yang mampu menarikku keluar
dari sini?
Aku
jenuh untuk hidup di dalam ilusi. Sangat
jenuh. Andai saja semua itu nyata. Andai.
Ingin kurasakan semua rasa
manis ini menjadi nyata. Rasa manis yang akan dapat terus kurasakan tanpa ada
rasa takut akan lenyapnya ilusi. Ingin rasanya meraskan bebas merasakan
kebaikan dunia yang sedang dilimpahkan kepadaku.
Namun,
apa dayaku yang hanya mampu duduk diam di sini, bermain serta bercengkerama
dengan ilusi semata.
Komentar
Posting Komentar