Refleksi 2016.
Masih
hangat rasanya dalam ingatan, bagaimana milyaran manusia yang berpijak di atas
bumi ini menantikan kehadiran tahun yang baru, tahun 2016. Ada yang
menantikannya bersama orang-orang terkasih dengan beribadah bersama, berlibur
bersama, atau justru ada yang menantikannya di rumah sendirian. Mungkin, jutaan
kembang api telah dilontarkan ke atmosfer, menyisakan polusi udara tanpa kita
sadari. Terompet-terompet dibunyikan dengan penuh semangat, untuk mengawali
tahun yang baru. Dan tak lupa, resolusi, harapan, dan cita-cita didoakan pada
malam pergantian tahun tersebut.
Tak terkecuali aku. Tepat setahun yang lalu, aku di
rumah. Berkumpul bersama keluarga dalam sebuah lingkaran kecil. Menantikan kehadiran
tahun 2016 dengan memanjatkan doa pada Tuhan serta membuat resolusi-resolusi
pribadi. Namun saat ini, di sinilah aku. Kembali dalam rumah yang sama,
menantikan kehadiran tahun 2017. Bukankah waktu bergulir terlampau cepat?
Rasanya baru kemarin, aku bersama teman sebaya
menyambut tahun baru dengan sukacita sekaligus ketar-ketir. Ketar-ketir
karena kami, sebagai siswa kelas 12 – kelas tiga Sekolah Menengah Atas (SMA),
akan segera menghadapi berbagai tryout
serta ujian sebagai syarat kelulusan. Masuk sekolah di awal Januari dengan
tugas, ulangan, dan tryout yang
menggunung, seolah kami tak diberikan kesempatan untuk ‘bernapas’. Masa-masa
sedih karena harus mengikuti bimbingan belajar (bimbel) seusai jam efektif
sekolah terasa begitu cepat. Hingga pada akhirnya, datanglah Ujian Nasional
(Unas). Hanya dalam enam hari, semuanya telah berakhir. Ya, tak ada lagi
namanya tuntutan ujian dan sekawannya. Dan liburan yang sangat panjang sambil
menanti hasil ujian serta masa kuliah akan segera kami nikmati. Entah apa yang
akan kami lakukan untuk mengisi ‘masa-masa pengangguran’ tersebut.
Rasanya baru kemarin, menerima hasil Unas. Ada rasa
bahagia, ada rasa kecewa, ada rasa kurang puas, dan ada juga rasa lega akhirnya
pendidikan SMA telah berakhir. Hari graduasi pun tiba. Dengan berbalutkan
pakaian putih-hitam, nama kami dipanggil satu per satu, menerima kalungan
medali dan berjabat tangan dengan kepala sekolah sebagai upacara kelulusan
kami. Tanpa disadari, tetesan air mata mengalir. Orangtua yang berbanga,
akhirnya anaknya akan memasuki bangku pendidikan tinggi. Siswa-siswi yang
berbahagia, akhirnya lulus dari pendidikan tiga tahun dan akan segera berganti
status sebagai mahasiswa-mahasiswi. Namun, ada juga tetesan air mata sedih,
karena akan berpisah dengan rekan-rekan seperjuangan, sahabat-sahabat tercinta.
Rasanya baru kemarin, kami, para mahasiswa baru
(maba), disibukkan dengan berbagai persiapan masa orientasi. Keluh kesah karena
berbagai atribut yang harus dibawa dan dikenakan, jam ospek yang terlampau
lama, hingga berbagai peraturan yang sangat mengikat mewarnai hari-hari masa
orientasi. Berkenalan dengan lingkungan pendidikan yang baru, teman-teman baru,
dan tak lupa dijejali dengan berbagai hal tentang kampus – peraturan, kegiatan,
lembaga kemahasiswaan, hal teknis berkaitan dengan akademis. Dan, akhirnya
masa-masa melelahkan tersebut berakhir. Entah lulus atau tidak, yang penting
untuk sementara maba dapat merasakan kebebasan.
Rasanya baru kemarin, maba mencicipi rasanya menjadi
mahasiswa. Rasa bangga, rasa sudah dewasa, rasa bebas, semuanya bercampur aduk
menjadi satu. Berkenalan dengan kehidupan kampus yang menuntut tanggung jawab
tinggi juga mewarnai masa-masa awal berkuliah, bahkan hingga saat ini. Tak
lupa, maba juga sedang giat-giatnya untuk mengikuti berbagai kegiatan non-akademis,
entah sebagai panitia maupun peserta. Maba satu sama lain seolah saling
berlomba untuk mendapatkan kesibukan non-akademis di kampus.
Rasanya baru kemarin, hari pertama kuliah. Namun, UTS
sudah di depan mata. Kini, maba mulai merasakan bagaimana rasanya ujian sebagai
mahasiswa, untuk pertama kalinya. Kembali belajar, mengerjakan ujian (entah ada
yang sit in, maupun presentasi).
Kembali menantikan hasil ujian dengan harap-harap cemas. Hanya berselang
sekitar dua hingga bulan, UAS telah menanti. Dan siklus seperti UTS berlangsung
secara cepat. Kini, masih penuh penantian menunggu hasil UAS beserta Indeks
Prestasi (IP).
Rasanya baru kemarin, merayakan kegembiraan Natal
bersama. Kesibukan persiapan Natal sudah memenuhi berbagai jadwal yang
semestinya kosong. Mempersiapkan kandang Natal, pohon Natal, dekorasi Natal,
dan semua pernak-pernik Natal. Semuanya indah terdekorasi dalam nuansa Natal,
sambil membersihkan hati menyambut Sang Bayi Natal dalam hati.
Dan aku secara pribadi, bersyukur sekali menikmati
indahnya tahun 2016 penuh kenangan serta pelajaran sebagai bekal melangkah di
tahun baru 2017 yang penuh harapan. Kehadiran setiap orang yang silih berganti
dalam hidup, menemani dalam setiap langkah untuk menjadi pribadi yang semakin
baik dalam tahun mendatang. Terima kasih untuk kalian semua, semoga kalian
membaca sepucuk tulisan yang kutulis dari dalam hatiku yang terdalam.
Kurang dari enam jam lagi, tahun baru akan datang.
Sudah siapkah kalian untuk menyambut tahun baru dengan berbagai komitmen yang
akan dijalani?
Bye 2016, Hello 2017.
Early Happy New Year for
all of you out there! God bless you abundantly!
Ciye nostalgiaaaa
BalasHapusPenuh dengan kisah throwback :')
Hapus