1000 Camelia [part 15]
Sejujurnya, Elena
berharap Alan memberikan jawaban yang lebih. Paling tidak memberikan pemecahan
masalah dalam bentuk konkretnya. Tapi, entah mengapa jawaban Alan yang
sebenarnya sama sekali tidak memuaskan itu dapat menenangkan hatinya.
Setidaknya membuat pikirannya sedikit lebih jernih.
“Len, kamu nggak apa-apa?” tanpa
Elena sadari Elvira sudah duduk di sampingnya, memeluk pundaknya. “Kamu kelihatan
pendiam akhir-akhir ini. Cerita dong sama aku. Tentang pengirim bunga itu ya?”
“Aku nggak terlalu memikirkan itu,
Vir. Toh nggak membahayakan, dan aku suka banget sama Bunga Camelia.”
“Lalu? Aku yakin ada sesuatu yang
kamu sembunyikan dari aku.”
“Tiga minggu yang lalu Evan bilang
kalau dia suka aku. Dia nembak aku.”
Elvira terperanjat kaget, kemudian
menangkup pipi adiknya. “Beneran nih? Terus kamu gimana?”
“Sabar lah, Vir.” Elena melepaskan
tangan Elvira dengan lesu. “Aku nggak yakin sama perasaanku sendiri. Dari dulu
aku selalu menganggap Evan sebagai sahabat dan saudara. Nggak lebih dari itu.
Masalanya, aku nggak tahu cara mengatakannya pada Evan.”
“Selama itu kamu gantung perasaan
Evan, Len?”
“Aku nggak punya pilihan lain, Vir.”
“Tapi kamu harus segera katakan yang
sejujurnya pada Evan, Len. Itu nggak adil banget kalau kamu nggak bilang
sejujurnya.”
Elena mengangguk. “Kamu benar.”
***
“Aku… aku nggak bisa, Van. Aku hanya
bisa bersahabat sama kamu, nggak lebih. Aku nggak bisa membohongi perasaanku
sendiri.”
Evan tampak begitu kaget mendengar
pernyataan Elena. Ia tidak mengira, karena selama ini Elena tampak menikmati
kebersamaan mereka yang hanya berdua. Meskipun tidak begitu tampak setelah Evan
menyatakan perasannya.
“Apa karena ada orang lain?” tanya
Evan.
Elena menggeleng. “Nggak, nggak ada
yang lain.”
Alan meraih telapak tangan Elena dan
menangkupnya dalam telapak tangannya yang lebih besar. “Len, sekarang nggak
apa-apa kalau memang kamu belum bisa membalas perasaanku. Tapi aku tetap
menunggu kamu.”
“Sorry,
Van. Aku harus pergi sekarang.”
Begitu pegangan tangan Evan
terlepas, terasa ada beban yang juga terlepas dari pundak Elena. Ia merasa
pikirannya tidak lagi terbeban, dan langkah kakinya juga terasa lebih ringan. Mungkin
sikapnya akan sedikit melukai Evan, tapi Elena yakin luka itu akan segera pulih
dalam hubungan persahabatan mereka.
Evan melepas kepergian Elena dengan
sebagian dari dirinya juga terlepas. Mungkin waktunya belum tepat. Mungkin
untuk saat ini, jalan persahabatan adalah yang terbaik untuknya dan Elena.
***
Tiga tahun kemudian…
999. Tiga angka
kembar Elena tuliskan pada ujung kanan atas gulungan kertas kecil itu,
menandkan surat ke berapa yang telah ia terima. Hampir tiga tahun lamanya ia
menerima kiriman itu tanpa henti. Kini, Elena memiliki tiga benda yang
digunakan untuk menyimpan: gelas berisi air untuk Camelia yang baru saja
diterimanya, satu kotak berisi Camelia yang telah mongering, dan satu toples
untuk menyimpan gulungan kertas itu.
Rasa penasaran Elena kadang muncul,
kadang juga ia sudah bosan bertanya-tanya pada dirinya sendiri siapa gerangan
yang dengan tekun mengiriminya bunga favoritnya itu. Elvira juga sudah bosan
menggodanya. Kiriman Bunga Camelia itu seolah sudah menjadi rutinitas.
Terkadang Elena mengira bunga itu
dari Evan – sebagai upaya untuk tetap mengejar cinta Elena. Tapi, pikiran itu
cepat-cepat disingkirkannya karena Elena yakin perasaan Evan terhadapnya sudah
menguap. Zona persahabatan jauh lebih menyenangkan menurutnya. Joan, tidak
mungkin. Untuk apa Joan melakukannya? Lagi pula Joan juga sudah menemukan
pujaan hatinya sendiri.
Alan… sudah semakin jarang mereka
bertemu. Bahkan, sudah hampir tiga tahun perbincangan di antara Elena dan Alan
terhenti. Kadang Elena ingin memulai percakapan, tapi ia tidak tahu apa yang
harus dikatakannya untuk memulai. Kebingungannya melampaui rasa rindu. Ya, ia
tidak ingin terkesan mengejar-ngejar Alan. Mungkin perasaan Alan terhadap Sofia
juga semakin besar, mereka lebih sering bersama. Dan mereka tampak serasi.
Tidak mungkin Elena mengacaukannya.
Elena tersenyum sendiri melihat
surat-surat kecil itu. Kalau saja ia tahu siapa yang mengiriminya, tentu saja
Elena akan sangat berterima kasih. Tidak, tentu saja Elena akan jatuh cinta
pada orang tersebut. Kalimat-kalimatnya membuat hatinya bergetar tiap kali
membaca. Yang membuat Elena lebih jatuh cinta adalah orang itu tahu bunga
kesukaan Elena, padahal Elena jarang menunjukkan rasa kecintaannya pada bunga
pada orang lain selain Elvira dan kedua orang tuanya.
Elena berbaring di atas kasurnya,
memejamkan matanya bersiap untuk tidur. Sebelum ia tertidur, diam-diam ia
membisikkan sebuah harapan: ia ingin bertemu dengan sosok misterius itu, karena
ia yakin hatinya telah bertaut pada orang itu.
Komentar
Posting Komentar